Sesuai
pepatah Inggris, Experience Is The Best Teacher..
Pengalaman Adalah Guru Terbaik
Pengalaman Adalah Guru Terbaik
Disini
gue mau ceritain tentang pengalaman gue ke rumah temen gue yang bernama Abdul
Aziz, biasa gue panggil Acenk tepatnya sih di deket Gunung Bentang, Jampang
Sagaranten, Sukabumi.
Waktu
itu gue dan acenk berangkat setelah sholat dzuhur dari Lapangan Merdeka
Sukabumi, Menuju Terminal Jubleg dan di Terminal Jubleg kami menaiki ELF yang
menuju Jampang Sagaranten. (ELF disini bukan ELF Fans Suju, ELF disini jenis
Kendaraan). ELF disini ngetemnya lama banget, gue sampe sempet kesel padahal
udah lumayan penuh..
Tapi
sabar aja lah, demi pengalaman baru gitu..
ELF
pun mulai berjalan saya pun jadi mulai tenang dan merasa gembira. Di Sepanjang
jalan menuju Terminal Sagaranten saya melihat pemandangan – pemandangan yang
begitu indah dan menakjubkan, suasana kota pun menghilang berubah menjadi
suasana desa yang nyaman. Terbentang sawah – sawah yang luas. Di perjalanan
yang cukup lama, akhirnya tiba juga di Terminal Sagaranten Jampang. Sebelum
melanjutkan ke rumah acenk, kami pun melakasanakan ibadah utama terlebih dahulu
yaitu sholat, kami melaksanakan sholat ashar di masjid dekat dari Terminal.
Setelah sholat acenk menyuruh saya untuk menunggu di masjid, karena dia akan
pergi ke rumah saudaranya untuk meminjam motor yang akan di pakai kami untuk
menuju rumahnya.
Karena
kurangnya kendaraan umum yang menuju ke rumahnya. Setelah acenk kembali lagi
mengendarai motor, kami pun bergegas langsung ke tujuan utama yaitu Rumah
Acenk. Tak kusangka jalan yang kami lewati begitu Extream, sangat menantang.
Jalan yang sudah tidak layak pakai, yang hancur tidak di perbaiki oleh
pemerintah karena mungkin yang terlalu pelosok dari kota. Tidak hanya jalan
yang menantang, Jarak yang begitu jauh juga ikut memberi suasana yang
melelahkan. Motor yang tidak rem depan dan tidak ada lampu kami paksakan untuk
melewati segala rintangan demi mencapai rumah acenk, sunguh berat untuk
mencapai rumah acenk, sungguh salut aku padanya..
Jalan menuju
rumah acenk ini sangat leweung, kami menggunakan jalan alternative, jalannya
jalan setapak tapi memang biasa di lalui motor juga karena sebagai jalur
tercepat dari kampong acenk menuju Sagaranten. Tidak hanya jalan leweung alias
jalan setapak tanah yang becek, jalur alternative ini juga melawati hutan,
benar – benar hutan. Pertama kalinya aku masuk hutan besar seperti ini. Saat di
rute hutan ini waktu menunjukan Adzan Magrib, dan langit yang mulai gelap.
Acenk berkata
pada ku yang tidak akan pernah aku lupakan “Tong sieun bal, urang lewat keun
hutan gelap kos kieu, aya aink ieu” kata – kata yang membuat ku memberanikan
diri untuk melewati hutan itu, karena bagaimana lagi. Kami berada di
pertengahan jalan. Untuk balik lagi pun sudah tak mungkin, masih mending di
terus kan sampai ke tujuan. Jalan di hutan ini juga sangat tidak memadai, saya
turun dari motor untuk menuntun acenk yang membawa motor karena matanya yang
kurang jelas melihat jalan, karena gelapnya saat itu (di dalem hutan) lampu motor
pun tidak menyala karena rusak. Karena habis hujan jalannya pun begitu licin,
jadi sangat hati – hati untuk melewati jalan demi jalan. Jalur Hutan ini juga
lumayan panjang dari masuk hutan dan keluar langsung di rumah acenk. Akhirnya
kami pun tiba di rumah acenk pada saat adzan isya. Kami pun disambut oleh
keluarga acenk tercinta, yang sudah menunggu ke hadiran kami. Setelah masuk ke
rumah acenk, kami pun mandi terlebih dahulu (pastinya sendiri – sendiri, masa
2an). Setelah mandi kami pun melaksanakan sholat dan tidak lupa mengkodo sholat
magrib yang tertinggal. Setelah sholat kami telah disediakan makanan oleh
ibunya acenk, kebetulan bapanya gk ada, kerja di Bekasi. Jadi Ibu nya acenk
tinggal di rumah sendiri, tpi kadang – kadang di temani oleh saudaranya, eh,
lupa bilang acenk ini anak tunggal. Setelah itu kami berbincang – bincang
dengan ibu acenk sambil menonton TV. Tak lama berbincang – bincang, karena
badan yang sakit dan pegel – pegel. Kami pun langsung menuju alam mimpi alias
tidur.
Keesokan harinya
kami pun bersiap untuk kembali lagi menujua Mahad YASPIDA. Oiya lupa kasih tau,
tujuan utama ke rumah acenk itu gue mah pengen tau jampang, rumah acenk, dan
nambah pengalaman. Tapi tujuan utama acenk adalah ngambil Ijazah dan SKHUN buat
diberikan kesekolah. Setelah mandi, siap – siap, dan sarapan. Kami pun
berpamitan kepada keluarga acenk serta saudara acenk yang ada disitu.
Tentu saja kami
menggunakan jalur yang sama. Tapi kali ini berjalan dengan tanpa motor dan juga
tanpa alas kaki. Karena motor sudah di pakai oleh saudaranya yang pergi ke
sagaranten. Dia simpan motor di jalan yang sudah rada mendingan jadi kami di
suruh jalan sampai melewati hutan. Tapi sekarang kami melewati hutan dengan
mendingan karena jalan yang terlihat dan terang. Terus, terus dan terus
berjalan akhirnya tiba lah di Terminal Sagaranten. Sebelum kami berangkat
kembali ke YASPIDA, saya di tawarkan untuk membeli kenang – kenangan karena ini
pengalaman pertama kali saya masuk ke perkampungan yang begitu pelosok alias
dalam. Saya membeli topi sebagai kenang – kenangan. Setelah itu kami kembali
menaiki ELF untuk kembali ke Terminal Jubleg, dari Terminal Jubleg naik angkot
dan disambung dengan jalan kaki. Dan sampai lah di Lapangan Merdeka Sukabumi,
dan disitu kami menaiki kendaraan yang menuju ke YASPIDA dan akhirnya tiba lah
di YASPIDA dengan selamat.
Alhamdulillah..
^_^
angkatan 13 ya??
BalasHapusEmang rumah aceng dimana di sagarabtenny koq kayany jauh banget saya pun orang sagaranten tapi rmh saya dekat sagaranten
BalasHapusdewek ge org sagaranten,,hehe
BalasHapusdaerah cibarengkok mren
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusdewek so ka sagarantem nyokotan emas haha
BalasHapus